Iklan

Admin
Jumat, 15 Desember 2023, 11.24 WIB
Last Updated 2024-04-03T03:16:58Z
biografi agus salimhaji agus salimPendidikan

Biografi Singkat Haji Agus Salim

Read More
Advertisement
Biografi Singkat Haji Agus Salim

blogsia.eu.org - Sejarah panjang perjuangan Indonesia untuk meraih kemerdekaan tidak terlepas dari peran besar sejumlah diplomat pejuang yang gigih mengupayakan pengakuan kemerdekaan Indonesia dari bangsa-bangsa asing. Salah satu tokoh yang sangat dihormati dan disegani dalam perjalanan sejarah ini adalah Haji Agus Salim, yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia pada masa awal kemerdekaan. Artikel ini akan mengulas perjalanan hidup dan perjuangan diplomatik Haji Agus Salim yang memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Latar Belakang dan Pendidikan Haji Agus Salim

Haji Agus Salim, lahir dengan nama Mashudul Haq di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat pada tanggal 8 Oktober 1884. Ayahnya, Sutan Muhammad Salim, menjabat sebagai Jaksa Kepala di Pengadilan Tinggi Riau, sehingga Agus Salim memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan dasar Europeesche Lagere School (ELS), sekolah khusus bagi anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) Koning Willem III (Kawedrie) di Batavia.

Minatnya dalam bidang diplomasi muncul saat Agus Salim bekerja sebagai penerjemah di konsulat Belanda di Jeddah, Arab Saudi. Di sana, dia belajar dari Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, pamannya sendiri, dan mendalami ilmu diplomasi. Keberanian dan kepiawaiannya dalam memahami ilmu agama dan politik membuatnya menonjol.


Karir Jurnalistik Haji Agus Salim

Pada tahun 1906, Agus Salim pergi ke Jeddah untuk bekerja sebagai penerjemah di konsulat Belanda. Di dunia jurnalistik, dia menjadi redaktur di Harian Neratja. Kemudian, ia diangkat menjadi Ketua Redaksi. Kegiatannya dalam bidang jurnalistik menjadikannya Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Agus Salim mendirikan Suratkabar Fadjar Asia. Selama periode ini, Agus Salim juga aktif dalam organisasi pergerakan, seperti Sarekat Islam yang dipimpin oleh Hos Tjokroaminoto dan Abdul Muis.

Peran Haji Agus Salim dalam Sarekat Islam

Haji Agus Salim terpanggil untuk bergabung dengan Sarekat Islam saat ditugaskan sebagai intel oleh pemerintah kolonial untuk mengawasi organisasi pergerakan ini. Meskipun awalnya terlibat sebagai intel, Agus Salim tertarik dan terinspirasi oleh ideologi Sarekat Islam yang revolusioner dan mengikuti jejak Cokroaminoto, guru revolusionernya.

Pada tahun 1921, Agus Salim menggantikan posisi Cokroaminoto dan Abdul Muis sebagai wakil dari Sarekat Islam di Volksraad (parlemen Hindia Belanda). Namun, perpecahan ideologis muncul dalam organisasi ini pada tahun 1923, dan Sarekat Islam pecah menjadi dua faksi, Si Putih dan Si Merah.

Meskipun dituduh sebagai mata-mata pemerintah kolonial karena latar belakangnya yang pernah bekerja di konsulat Belanda, Agus Salim berhasil menepis tuduhan tersebut melalui pidato-pidatonya yang kritis terhadap pemerintahan kolonial. Kepercayaan anggota Sarekat Islam pada Agus Salim semakin membesar, terbukti saat HOS Cokroaminoto meninggal pada tahun 1934, Agus Salim dipercaya menjadi ketua Sarekat Islam.

Peran Haji Agus Salim dalam Pemerintahan Republik Indonesia

Setelah kemerdekaan Indonesia diakui oleh Belanda pada tahun 1950, Agus Salim terlibat dalam perjuangan diplomasi untuk mendapatkan pengakuan internasional sebagai negara merdeka. Sebagai anggota Badan Penyelidik uUsaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan kemudian Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Agus Salim turut merancang dasar-dasar kenegaraan Indonesia.

Sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia, Agus Salim memiliki peran besar dalam membangun hubungan diplomatik dengan banyak negara. Dengan kepiawaiannya, Agus Salim berhasil mendapatkan pengakuan pertama dari Mesir pada 10 Juni 1947, yang kemudian diikuti oleh negara-negara Arab lainnya. Peranannya dalam memperkenalkan Indonesia di Eropa dan forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turut melambungkan citra Indonesia di mata dunia.

Kesederhanaan Hidup Haji Agus Salim

Haji Agus Salim dikenal sebagai sosok yang hidup bersahaja. Sejak tahun 1915, dia tidak pernah memiliki rumah sendiri dan selalu berpindah-pindah antar kota. Kesederhanaan hidupnya ini tercermin dari sikapnya yang menolak menyekolahkan anak-anaknya, menganggap pendidikan Belanda hanya mencetak orang bermental "inlander." Kendati hidup sederhana, Agus Salim berhasil mendidik anak-anaknya menjadi generasi cerdas dengan penguasaan bahasa asing dan pengetahuan luas.

Haji Agus Salim meninggal dunia pada 4 November 1954. Tujuh tahun setelah kematiannya, pada tanggal 27 Desember 1961, Presiden Soekarno menetapkan Agus Salim sebagai Pahlawan Nasional. Jejak perjalanan hidup Agus Salim yang penuh dedikasi, diplomasi, dan kesederhanaan menjadi warisan berharga yang terus memberi inspirasi bagi generasi penerus untuk mengisi dan memaknai kemerdekaan Indonesia.

Kesimpulan

Sejarah perjuangan diplomasi Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan tidak terlepas dari kontribusi besar Haji Agus Salim. Melalui peranannya dalam organisasi pergerakan, pemerintahan, dan diplomasi internasional, Agus Salim berhasil menciptakan jejak sejarah yang menginspirasi. Kesederhanaan hidupnya, keteguhan hatinya, dan dedikasinya untuk Indonesia menjadi cermin bagi generasi-generasi selanjutnya untuk terus berjuang dan membangun bangsa. Haji Agus Salim, sang pejuang diplomasi, akan selalu dikenang sebagai salah satu tokoh besar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. (as)