Iklan

Admin
Sabtu, 02 Desember 2023, 20.46 WIB
Last Updated 2024-04-03T03:30:38Z
faktahoaksiklimmedia sosialperubahanSains

Perubahan Iklim yang Tersebar di Media Sosial: Hoaks atau Fakta?

Read More
Advertisement

Perubahan Iklim yang Tersebar di Media Sosial: Hoaks atau Fakta



blogsia.eu.org - Perubahan iklim telah menjadi isu global yang mendesak dan kompleks, tetapi di era media sosial, informasi yang tidak akurat dan hoaks sering kali mendominasi diskusi. Dalam artikel ini, kita akan membongkar lima hoaks seputar perubahan iklim yang sering muncul di media sosial. Melalui pemeriksaan fakta dan pandangan ilmiah, kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang tantangan yang dihadapi oleh planet kita.

Hoaks 1: Perubahan Iklim Tidak Nyata

Salah satu hoaks yang sering muncul di platform seperti TikTok adalah klaim bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh ulah manusia sebenarnya tidak nyata. Meskipun video semacam ini mungkin mendapatkan ribuan penonton, bukti ilmiah membuktikan sebaliknya.

Suhu global rata-rata di Bumi telah meningkat sekitar 1,1 derajat Celsius sejak akhir abad ke-19. Para ilmuwan secara konsisten mengaitkan peningkatan suhu ini dengan aktivitas pembakaran bahan fosil, seperti batubara, minyak, dan gas. Gas rumah kaca yang dilepaskan dari pembakaran tersebut, seperti karbon dioksida dan metana, menciptakan efek rumah kaca, yang menyebabkan suhu planet meningkat.

Dampak dari pemanasan global sudah dirasakan di berbagai belahan dunia, mulai dari pemanasan laut, permukaan laut yang naik, hingga perubahan ekstrem cuaca seperti gelombang panas yang lebih sering terjadi.

Ilmuwan iklim, seperti Izidine Pinto dari Mozambik, menekankan bahwa perubahan iklim bukanlah konsep abstrak. Para ilmuwan telah mengamati, mempelajari, dan mendokumentasikan perubahan ini secara ekstensif, menunjukkan bahwa klaim tentang ketidaknyataan perubahan iklim tidak memiliki dasar ilmiah.

Hoaks 2: Perubahan Iklim Bersifat Alami

Sebuah cuitan dalam bahasa Prancis salah menjelaskan bahwa pemanasan global adalah proses alami yang hanya sedikit dipengaruhi oleh manusia. Klaim semacam ini sering digunakan untuk meragukan keberadaan perubahan iklim buatan manusia dengan mengutip siklus alamiah dalam sejarah Bumi.

Meskipun planet kita memang mengalami siklus pemanasan dan pendinginan dalam sejarahnya, ilmuwan telah membuktikan bahwa tren pemanasan global saat ini tidak dapat dijelaskan hanya dengan faktor-faktor alami. Pembakaran bahan fosil oleh manusia secara signifikan berkontribusi pada pemanasan yang kita alami saat ini.

Laju perubahan suhu saat ini jauh lebih cepat daripada siklus alamiah yang tercatat dalam sejarah Bumi. Faktanya, suhu Bumi telah meningkat sebesar 1,1 derajat Celsius dalam 150 tahun terakhir, dan jika tren ini berlanjut, kita dapat menghadapi kenaikan suhu sekitar 2,5 derajat Celsius pada akhir abad ini, sesuai dengan perjanjian iklim.

Hoaks 3: Perubahan Iklim Bukan Masalah Kita

Klaim yang sering muncul di media sosial, terutama dari negara-negara berkembang, adalah bahwa perubahan iklim bukanlah masalah mereka dan dianggap sebagai isu "Barat." Beberapa bahkan menyatakan bahwa aksi iklim adalah bagian dari rencana negara kaya untuk menghentikan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang.

Sementara negara-negara kaya memang bertanggung jawab atas sebagian besar emisi gas rumah kaca, perubahan iklim tidak mengenal batas. Dampaknya tidak hanya dirasakan di negara-negara maju, tetapi juga di seluruh dunia, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah.

Negara-negara berkembang seringkali kurang memiliki sumber daya untuk mengatasi perubahan iklim dan harus menghadapi konsekuensi yang tidak merata. Krisis pangan, banjir, dan kekeringan dapat menjadi ancaman serius bagi kehidupan sehari-hari penduduk di negara-negara ini.

Farhana Sultana dari Syracuse University mengingatkan bahwa perubahan iklim adalah masalah global dengan dampak yang tidak merata, terutama merugikan masyarakat akar rumput di negara-negara berkembang yang hanya berkontribusi sedikit pada masalah tersebut.

Aktivis iklim menyerukan agar negara-negara kaya memimpin dalam pembiayaan tindakan mitigasi dan adaptasi, serta membantu negara-negara berkembang mengatasi kerusakan yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Hoaks 4: Permukaan Laut Tidak Naik

Klaim yang salah bahwa permukaan laut "masih sama" meskipun terjadi pemanasan global sering muncul di media sosial. Beberapa pengguna bahkan menggunakan gambar daerah pesisir untuk menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang terlihat secara kasat mata.

Bukti ilmiah menunjukkan bahwa permukaan laut telah mengalami kenaikan yang signifikan sebagai hasil dari pemanasan global. Pemanasan ini mengakibatkan pelelehan es di gletser dan lapisan es, serta ekspansi air laut karena suhu yang lebih hangat.

Badan antariksa NASA mencatat bahwa lautan telah menyerap sekitar 90% dari pemanasan Bumi. Jika tren ini berlanjut, diperkirakan permukaan laut global akan naik antara 160 mm hingga 210 mm dalam waktu sekitar 100 tahun.

Kenaikan permukaan laut telah menyebabkan erosi pantai yang lebih cepat, meningkatkan risiko banjir, dan dapat mengancam jutaan orang yang tinggal di daerah pesisir. Para ilmuwan bahkan memperingatkan bahwa, tanpa tindakan cepat, permukaan laut bisa naik hingga 2 meter pada akhir abad ini.

Hoaks 5: Perubahan Iklim Bisa Berdampak Positif

Beberapa individu, terutama di negara-negara dengan cuaca dingin, mungkin berpendapat bahwa perubahan iklim membawa dampak positif, seperti cuaca yang lebih hangat di musim gugur. Namun, klaim semacam ini dapat mengabaikan dampak jauh lebih besar dari perubahan iklim pada skala global.

PBB memperkirakan bahwa dampak perubahan iklim dapat merugikan dunia senilai US$54 trilliun jika suhu global rata-rata naik 1,5 derajat Celsius pada akhir abad ini. Dampak tersebut melibatkan berbagai sektor, mulai dari ekonomi, kesehatan, hingga keamanan pangan.

Dampak yang terlihat secara global termasuk perubahan ekstrem cuaca, peningkatan kejadian kebakaran hutan, dan ancaman terhadap keberlanjutan lahan pertanian. Bahkan di negara-negara dingin seperti Rusia, kebakaran hutan dapat meningkat karena cuaca yang lebih panas dan kering.

Trang Duong dari Universitas Twente menekankan bahwa perubahan iklim sudah menyebabkan banyak peristiwa ekstrem di seluruh dunia. Gelombang panas, banjir, dan bencana lainnya telah menjadi musibah besar bagi kehidupan manusia dan ekonomi.

Kesimpulan

Menghadapi tantangan perubahan iklim memerlukan pemahaman yang akurat dan berbasis fakta. Hoaks di media sosial dapat menyesatkan masyarakat dan memperlambat tindakan yang diperlukan. Penting untuk memeriksa fakta dan mendapatkan informasi dari sumber yang dapat dipercaya.

Perubahan iklim adalah masalah global yang memerlukan respons global. Negara-negara kaya harus memimpin dalam upaya mitigasi dan adaptasi, sementara negara-negara berkembang membutuhkan dukungan untuk mengatasi konsekuensi yang tidak merata.

Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang perubahan iklim dan penyebaran informasi yang akurat, kita dapat bersama-sama bergerak menuju solusi yang berkelanjutan untuk melindungi planet ini dan generasi mendatang. (as)