Iklan

Admin
Minggu, 07 Juli 2024, 06.53 WIB
Last Updated 2024-07-06T23:53:46Z
leang karampuanglukisan guaSainsseni naratifseni prasejarahsulawesi

Lukisan Gua Tertua di Sulawesi: Sejarah Seni Naratif Berusia 51.200 Tahun

Read More
Advertisement
Lukisan Gua Tertua di Sulawesi: Sejarah Seni Naratif Berusia 51.200 Tahun


Blogsia.eu.org - Penemuan lukisan gua di Leang Karampuang, Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan, telah menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Berdasarkan kolaborasi studi antara Griffith University, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Southern Cross University, lukisan tersebut diperkirakan berusia 51.200 tahun, menjadikannya sebagai karya seni naratif tertua di dunia. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal "Nature" dengan judul "Narrative cave art in Indonesia by 51,200 years ago".

Implikasi Penting Penemuan Lukisan Gua Leang Karampuang

Adhi Agus Oktaviana, seorang ahli seni cadas Indonesia dari BRIN yang memimpin penelitian ini, menekankan bahwa penemuan lukisan di Leang Karampuang memiliki implikasi penting dalam memahami asal-usul seni paling awal. Dalam sebuah konferensi pers di kantor BRIN, Jakarta, pada Kamis, 4 Juli, Adhi menyatakan, "Hasil yang kami peroleh ini sangat mengejutkan karena belum ada karya seni dari zaman Es Eropa yang umurnya mendekati umur lukisan gua Sulawesi ini, walau ada pengecualian pada beberapa temuan kontroversial di Spanyol."

Metode Penanggalan Canggih untuk Menentukan Usia Lukisan

Penelitian ini menggunakan metode analisis mutakhir melalui ablasi laser U-series (LA-U-series) untuk mendapatkan pertanggalan akurat pada lapisan tipis kalsium karbonat yang terbentuk di atas lukisan tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa seni hias di bawah lapisan tersebut memiliki pertanggalan paling awal sekitar 51.200 tahun yang lalu, menjadikannya sebagai gambar hias gua tertua di dunia sekaligus narasi seni paling awal yang pernah ditemukan dan diteliti hingga saat ini.

Maxime Abert, ahli arkeologi di Griffith Centre for Social and Cultural Research (GCSCR), bersama dengan koleganya dari Southern Cross University, Profesor Renaud Joannes-Boyau, ahli arkeogeokimia dari Geoarchaeology and Archaeometry Research Group (GARG), mengembangkan teknik LA-U-series ini. Abert menjelaskan, "Kami sebelumnya telah menggunakan metode berbasis uranium untuk mencari umur seni cadas di wilayah Sulawesi dan Kalimantan, namun teknik LA-U-series ini menghasilkan data yang lebih akurat."

Teknik ini memungkinkan peneliti membuat 'peta' lapisan kalsium karbonat secara rinci, sehingga dapat menghindari area permukaan yang mengalami proses perubahan diagenesis secara alami. Joannes-Boyau menambahkan, "Konsekwensinya, penentuan umur seni cadas menjadi lebih mendalam dan bisa dipertanggungjawabkan."

Narasi dalam Lukisan Gua Leang Karampuang

Lukisan gua di Leang Karampuang menggambarkan tiga figur menyerupai manusia yang sedang berinteraksi dengan seekor babi hutan. Adhi Agus Oktaviana menuturkan, "Ada yang bilang ini mengungkap ide-ide spiritual. Tapi saya lihat ini lebih seperti dua model perburuan."

Selain itu, penelitian lain pada tahun 2021 mengungkap lukisan gua bergambar babi hutan di gua Leang Tedongnge, Sulawesi, yang diperkirakan berusia 45.500 tahun. Lokasi Leang Tedongnge, Leang Karampuang, dan beberapa gua lainnya berada di Taman Prasejarah Leang-leang, Sulawesi Selatan, yang diduga sebagai peninggalan manusia modern zaman es.

Lukisan Gua Tertua di Sulawesi: Sejarah Seni Naratif Berusia 51.200 Tahun

Penelitian Ulang di Situs Lainnya

Tim peneliti juga melakukan penanggalan ulang pada kandungan kalsium karbonat yang melapisi lukisan gua di situs Leang Bulu' Sipong 4 di Maros-Pangkep. Lukisan gua ini menampilkan adegan sosok yang diinterpretasikan sebagai therianthropes (setengah manusia, setengah hewan) yang sedang berburu babi rusa dan anoa. Sebelumnya, lukisan ini telah diteliti dengan hasil pertanggalan setidaknya 44.000 tahun yang lalu. Namun, melalui metode terbaru, seni hias tersebut ditemukan berumur sekitar 48.000 tahun, 4.000 tahun lebih tua dari perkiraan sebelumnya.

Adam Brumm dari Griffith's Australian Research Centre for Human Evolution (ARCHE) yang turut serta dalam penelitian ini menyatakan bahwa seni hias gua dari Leang Karampuang dan Leang Bulu' Sipong 4 memberikan pemahaman baru terhadap signifikansi budaya bercerita dalam kaitannya dengan sejarah seni. Brumm menambahkan, "Lukisan cadas tertua yang kami temukan di Sulawesi ini terdiri atas beberapa adegan yang bisa dikenali dengan mudah, yaitu penggambaran interaksi manusia dan hewan yang bisa ditafsirkan bahwa seniman pembuatnya berusaha untuk berkomunikasi secara naratif."

Penemuan yang Merevolusi Pemahaman Tentang Seni Naratif

Penemuan oleh Adhi dan tim Griffith University ini mengindikasikan bahwa lukisan gua yang bersifat naratif merupakan bagian penting dalam budaya seni manusia awal Indonesia pada masa itu. Brumm menyatakan, "Pada dasarnya manusia sudah memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dalam bentuk cerita sejak lebih dari 51.200 tahun." Namun, karena kata-kata tidak bisa menjadi fosil batu, yang tertinggal hanyalah penggambaran dalam bentuk seni. Temuan di Sulawesi ini adalah bukti tertua yang bisa diketahui dari sudut pandang arkeologi.

Penemuan ini bukan hanya memberikan wawasan baru mengenai seni naratif manusia purba, tetapi juga mengukuhkan Indonesia sebagai salah satu situs penting dalam sejarah seni dunia. Melalui penelitian yang teliti dan penggunaan teknologi canggih, lukisan gua di Sulawesi memberikan gambaran tentang kehidupan spiritual dan budaya manusia modern awal, serta kemampuan mereka dalam berkomunikasi dan bercerita melalui seni visual.

Penutup

Lukisan gua Leang Karampuang dengan usia 51.200 tahun ini merupakan tonggak penting dalam sejarah seni manusia. Penelitian ini tidak hanya membuka babak baru dalam pemahaman kita tentang seni prasejarah, tetapi juga menegaskan bahwa kemampuan manusia untuk berkomunikasi melalui narasi visual sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Melalui kolaborasi internasional dan teknologi canggih, kita dapat terus menggali dan memahami lebih dalam tentang warisan seni dan budaya nenek moyang kita.




(bg)