Iklan

Admin
Minggu, 14 Juli 2024, 21.56 WIB
Last Updated 2024-07-14T14:56:28Z
puasa intermitenSains

Mengungkap Fakta di Balik 5 Mitos Puasa Intermiten: Penjelasan Ilmiah

Read More
Advertisement
Mengungkap Fakta di Balik 5 Mitos Puasa Intermiten: Penjelasan Ilmiah


Blogsia - Puasa intermiten telah menjadi tren populer dalam beberapa tahun terakhir, banyak yang percaya bahwa metode ini efektif untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Namun, ada beberapa mitos yang berkembang di sekitar praktik ini. Artikel ini akan membahas lima mitos utama tentang puasa intermiten dan memberikan penjelasan ilmiah untuk meluruskan kesalahpahaman yang ada.

1. Mitos: Puasa Intermiten Memengaruhi Hormon Seks

Banyak yang percaya bahwa puasa intermiten dapat mengganggu hormon seks dan berdampak negatif pada kesuburan. Namun, sebuah studi tahun 2024 yang melibatkan 90 orang dewasa obesitas menemukan bahwa puasa intermiten tidak memiliki dampak negatif pada hormon seks.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada penderita sindrom ovarium polikistik (PCOS), puasa intermiten dapat menurunkan kadar testosteron dan meningkatkan globulin pengikat hormon seks (SHBG), yang dapat memperbaiki kondisi mereka. Namun, penting untuk menjaga asupan kalori yang cukup selama periode makan untuk menghindari kekurangan gizi yang dapat mempengaruhi kadar estrogen dan kesehatan reproduksi.

Ahli gizi menekankan bahwa tanda-tanda kekurangan gizi, seperti hilangnya siklus menstruasi, harus diwaspadai karena dapat mengganggu kesehatan reproduksi dan keseluruhan.

2. Mitos: Puasa Intermiten Menyebabkan Hilangnya Massa Otot Secara Berlebihan

Salah satu kekhawatiran umum tentang puasa intermiten adalah hilangnya massa otot. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kehilangan massa otot tidak berbeda secara signifikan antara mereka yang berpuasa dan mereka yang mengikuti diet pembatasan kalori lainnya.

Meta-analisis uji coba acak tahun 2022 menemukan bahwa 75% penurunan berat badan berasal dari jaringan lemak, sementara 25% berasal dari massa otot, terlepas dari metode diet yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa puasa intermiten tidak menyebabkan hilangnya massa otot secara berlebihan dibandingkan dengan diet lainnya.

3. Mitos: Puasa Intermiten Menyebabkan Gangguan Makan

Beberapa orang khawatir bahwa puasa intermiten dapat memicu gangguan makan. Namun, tinjauan sistematis tahun 2023 dan tesis doktoral tahun 2019 yang melibatkan 86 orang selama empat minggu menunjukkan bahwa puasa intermiten tidak menyebabkan gangguan makan.

Peneliti mencatat bahwa orang dewasa sehat yang melakukan puasa intermiten cenderung melaporkan lebih sedikit keinginan makan berlebihan, masalah berat badan, dan kecemasan tentang penampilan mereka. Namun, penting untuk dicatat bahwa gangguan makan biasanya berkembang dalam jangka waktu yang lebih lama daripada durasi studi ini. Oleh karena itu, penelitian jangka panjang masih diperlukan untuk memastikan efek puasa intermiten terhadap gangguan makan.

4. Mitos: Puasa Intermiten Dapat “Menyembuhkan” Diabetes Tipe 2

Ada klaim bahwa puasa intermiten dapat menyembuhkan diabetes tipe 2. Sebuah uji coba terkontrol acak tahun 2023 menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat membantu beberapa penderita diabetes tipe 2 mencapai remisi. Namun, peneliti menekankan bahwa studi ini hanya berlangsung selama tiga bulan, sehingga tidak memberikan informasi tentang efektivitas jangka panjang.

Dokter dan ahli gizi sepakat bahwa manajemen berat badan adalah komponen krusial dalam mengatasi diabetes. Meskipun puasa intermiten bisa menjadi alat yang efektif untuk manajemen berat badan, lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami dampaknya terhadap diabetes dalam jangka panjang.

5. Mitos: Puasa Intermiten Menyebabkan Penurunan Berat Badan Jangka Panjang

Banyak yang beranggapan bahwa puasa intermiten adalah metode terbaik untuk penurunan berat badan jangka panjang. Sebuah uji coba terkontrol acak yang melibatkan 90 orang obesitas membandingkan kelompok yang melakukan puasa intermiten dengan kelompok yang menerapkan pembatasan kalori hingga 25%. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua kelompok mengalami penurunan berat badan, namun tidak ada perbedaan signifikan dalam jumlah berat badan yang hilang.

Ahli gizi menyatakan bahwa untuk menarik simpulan tentang hubungan antara penurunan berat badan jangka panjang dan puasa intermiten, diperlukan periode penilaian lebih dari satu tahun. Penelitian jangka panjang sangat penting untuk memahami efek sebenarnya dari puasa intermiten pada penurunan berat badan.

Kesimpulan

Puasa intermiten adalah metode yang populer dan memiliki banyak manfaat potensial. Namun, penting untuk memahami fakta dan mitos yang ada di sekitarnya. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa banyak kekhawatiran yang berkembang tidak memiliki dasar yang kuat. Seperti metode diet lainnya, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan nutrisi individu dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum memulai puasa intermiten. Dengan informasi yang tepat, puasa intermiten dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.

(*)