BLOGSIA.EU.ORG - Thwaites, gletser terluas di dunia yang terletak di Antartika Barat, kini menjadi perhatian utama para ilmuwan karena tingkat kehancurannya yang kian cepat.
Setiap tahun, sekitar 80 kilometer kubik es mencair dari gletser ini ke laut, angka yang enam kali lebih tinggi dibandingkan pada tahun 1990-an.
Jika Thwaites runtuh seluruhnya, es yang dilepaskannya cukup untuk menyebabkan kenaikan permukaan laut secara global yang sangat signifikan.
Di tengah ancaman ini, para ilmuwan kini mulai memikirkan solusi yang tak biasa: merekayasa gletser.
Gagasan ini melibatkan berbagai proyek teknik besar yang bertujuan memperlambat atau bahkan menghentikan laju mencairnya es akibat pemanasan global.
Namun, apakah ini mungkin? Dan jika ya, apakah seharusnya dilakukan?
Christian Rodehacke, ahli glasial dari Alfred Wegener Institute di Jerman, menyatakan bahwa proyek-proyek seperti ini bisa berskala luar biasa besar.
Christian Rodehacke, ahli glasial dari Alfred Wegener Institute di Jerman, menyatakan bahwa proyek-proyek seperti ini bisa berskala luar biasa besar.
Para ilmuwan tengah menggagas cara-cara untuk menghambat arus laut hangat yang masuk ke wilayah Antartika, atau mengubah aliran es dari gletser raksasa seperti Thwaites.
Salah satu ide paling menarik datang dari Slawek Tulaczyk, glasiolog dari University of California, Santa Cruz.
Salah satu ide paling menarik datang dari Slawek Tulaczyk, glasiolog dari University of California, Santa Cruz.
Ia telah lama memikirkan tentang kemungkinan memperlambat gletser dengan menghilangkan lapisan air cair di bawah es. Air ini biasanya melumasi dasar gletser dan memungkinkannya meluncur lebih cepat.
Jika air ini dipompa keluar, gletser bisa "membeku" ke dasar batuan dan gerakannya bisa terhenti selama puluhan bahkan ratusan tahun—seperti yang terjadi pada aliran es Kamb, salah satu dari enam gletser besar di wilayah itu yang kini hampir tidak bergerak.
Gagasan Tulaczyk pertama kali dipresentasikan pada tahun 2008 namun tidak mendapat dukungan dana. Namun idenya kembali mencuat pada tahun 2023 berkat Alex Luebke, seorang pengusaha teknologi yang tertarik setelah membaca novel fiksi ilmiah karya Kim Stanley Robinson, di mana strategi ini digambarkan sebagai solusi terhadap perubahan iklim.
Bersama sekelompok ilmuwan, Luebke mengadakan lokakarya untuk membahas potensi dan pendanaan proyek rekayasa gletser. Respon dari kalangan ilmiah sangat beragam.
Gagasan Tulaczyk pertama kali dipresentasikan pada tahun 2008 namun tidak mendapat dukungan dana. Namun idenya kembali mencuat pada tahun 2023 berkat Alex Luebke, seorang pengusaha teknologi yang tertarik setelah membaca novel fiksi ilmiah karya Kim Stanley Robinson, di mana strategi ini digambarkan sebagai solusi terhadap perubahan iklim.
Bersama sekelompok ilmuwan, Luebke mengadakan lokakarya untuk membahas potensi dan pendanaan proyek rekayasa gletser. Respon dari kalangan ilmiah sangat beragam.
Beberapa, seperti Martin Truffer dari University of Alaska Fairbanks, menyatakan ide ini terlalu ambisius dan tidak realistis. Namun mereka juga mengakui bahwa penelitian ini bisa memberi pemahaman lebih dalam tentang hubungan antara air dan pergerakan gletser.
Rencana awal uji coba rekayasa ini akan dilakukan di sebuah gletser kecil di Alaska. Para ilmuwan berencana melubangi es dengan jet air panas, lalu memompa air dari bawahnya selama beberapa minggu. Jika berhasil, teknik ini dapat diuji lebih lanjut di Thwaites.
Selain mengeringkan lapisan bawah es, ada juga ide lain seperti yang diusulkan Brent Minchew dari MIT.
Rencana awal uji coba rekayasa ini akan dilakukan di sebuah gletser kecil di Alaska. Para ilmuwan berencana melubangi es dengan jet air panas, lalu memompa air dari bawahnya selama beberapa minggu. Jika berhasil, teknik ini dapat diuji lebih lanjut di Thwaites.
Selain mengeringkan lapisan bawah es, ada juga ide lain seperti yang diusulkan Brent Minchew dari MIT.
Ia mengusulkan penggunaan thermosiphon—alat yang mengalirkan panas keluar dari tanah di bawah gletser agar air membeku. Prinsip ini sudah digunakan untuk menjaga kestabilan pipa minyak Alaska di atas permafrost.
Sementara itu, ilmuwan lain mencoba mencegah arus laut hangat masuk ke wilayah depan gletser. Arus laut yang mengalir di sekitar Antartika membawa air hangat dari kedalaman, yang suhunya hanya 2–3°C di atas titik beku. Meski terdengar sejuk, arus ini membawa panas setara 450 reaktor nuklir yang terus-menerus menyerang ujung Thwaites.
Michael Wolovick dan John Moore mengusulkan pembangunan penghalang laut—semacam bendungan raksasa—yang membentang sejauh 120 kilometer di depan gletser. Namun proposal ini mendapat kritik karena arus es dan gunung es besar di wilayah itu dapat merusaknya.
Bowie Keefer, fisikawan teknik dari Kanada, kemudian mengusulkan alternatif: sea curtains atau tirai laut—panel fleksibel yang terapung namun terjangkar ke dasar laut.
Sementara itu, ilmuwan lain mencoba mencegah arus laut hangat masuk ke wilayah depan gletser. Arus laut yang mengalir di sekitar Antartika membawa air hangat dari kedalaman, yang suhunya hanya 2–3°C di atas titik beku. Meski terdengar sejuk, arus ini membawa panas setara 450 reaktor nuklir yang terus-menerus menyerang ujung Thwaites.
Michael Wolovick dan John Moore mengusulkan pembangunan penghalang laut—semacam bendungan raksasa—yang membentang sejauh 120 kilometer di depan gletser. Namun proposal ini mendapat kritik karena arus es dan gunung es besar di wilayah itu dapat merusaknya.
Bowie Keefer, fisikawan teknik dari Kanada, kemudian mengusulkan alternatif: sea curtains atau tirai laut—panel fleksibel yang terapung namun terjangkar ke dasar laut.
Tirai ini bisa menghalangi arus bawah laut yang hangat tanpa terganggu oleh gunung es yang melayang di atasnya. Setiap panel akan selebar lapangan sepak bola dan bisa diganti jika rusak.
Dalam makalah yang diterbitkan di jurnal PNAS Nexus pada tahun 2023, Keefer dan tim menggambarkan bagaimana ribuan panel seperti itu bisa ditempatkan untuk melindungi gletser.
Dalam makalah yang diterbitkan di jurnal PNAS Nexus pada tahun 2023, Keefer dan tim menggambarkan bagaimana ribuan panel seperti itu bisa ditempatkan untuk melindungi gletser.
Tirai fleksibel setinggi hingga 450 meter ini diharapkan dapat memperlambat aliran panas laut ke gletser, dan dengan demikian memperlambat mencairnya es.
Meski semua ini masih dalam tahap gagasan dan uji coba, para ilmuwan sepakat bahwa perubahan iklim menuntut solusi radikal.
Meski semua ini masih dalam tahap gagasan dan uji coba, para ilmuwan sepakat bahwa perubahan iklim menuntut solusi radikal.
Rekayasa gletser mungkin terdengar gila hari ini, namun bisa jadi menjadi andalan di masa depan untuk menyelamatkan jutaan nyawa dari ancaman naiknya permukaan laut.
(*)
-----------------------
Penulis asli: Carolyn Gramling, 2024
Sumber: snexplores