Minggu, 13 April 2025, 05.25 WIB
Last Updated 2025-04-13T01:27:26Z
berita hari iniberita tekno hari iniBisnisbitcoinCrypto Newscryptocurrencytarif dagang

Bitcoin Menunjukkan Ketangguhan di Tengah Ketegangan Tarif AS-China


Bitcoin Menunjukkan Ketangguhan di Tengah Ketegangan Tarif AS-China



BLOGSIA.EU.ORG - Seiring dengan kembalinya ketegangan perdagangan akibat pengumuman tarif dagang yang tidak konsisten dari Trump, pasar global kembali bersiap menghadapi gejolak yang tinggi. 

Pekan lalu, Presiden AS mengumumkan penerapan tarif “timbal balik” yang secara tiba-tiba meluas dan memperketat pajak terhadap berbagai impor.


Langkah mendadak tersebut mengakibatkan kekacauan di pasar, mengguncang saham, sektor manufaktur, serta komoditas.


Namun, pada sudut pandang penggiat Bitcoin, sebagian orang justru melihat peluang di tengah kekacauan tersebut.


Saat keadaan ekonomi berbagai negara terkena imbas buruk dari berbagai gebrakan Trump, Bitcoin justru menunjukkan pembalikan harga setelah mengalami penurunan secara konsisten di kuartal pertama 2025. 


Mereka pun berharap Bitcoin dapat kembali menonjol sebagai aset safe-haven (tempat perlindungan nilai) bagi para investor.


Jatuh Bangun Harga Bitcoin

Perjalanan Bitcoin sepanjang bulan April sangat penuh gejolak. Pada 1 April, harga BTC sempat mencetak rekor sementara mencapai $85.000, namun tak lama kemudian, harga turun tajam ke $76.000 setelah pengumuman tarif Trump pada hari Rabu sebelumnya. 

Kabar tersebut mengguncang pasar global dan menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi perang dagang yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi serta mengurangi likuiditas pasar.

Meski demikian, penurunan harga Bitcoin bersifat sementara. Setelah beberapa hari kemudian Trump mencabut sebagian tarif dengan mengecualikan beberapa negara utama ,hal ini menyebabkan sebagian pasar tradisional kembali pulih. 

Bitcoin mengalami kenaikan harga hingga $83.000, diikuti oleh sektor saham, yang menunjukkan betapa eratnya keterkaitan antara aset berisiko dengan tren makroekonomi global. 

Meskipun terjadi rebound, Bitcoin belum mampu mencapai level tertinggi sebelumnya. Menurut analisis dari Cryptoquant, level support yang dahulu menjadi tumpuan kini berubah menjadi area resistensi, dimana zona $84.000 berperan sebagai batas teknis dan psikologis yang kuat.

Aset Digital sebagai Tempat Perlindungan

Pengenaan tarif baru pada berbagai barang – mulai dari baja hingga elektronik – mengganggu rantai pasokan global dan memicu pembalasan tarif, yang pada gilirannya menimbulkan risiko inflasi dan proyeksi pertumbuhan yang lebih lambat.

Kondisi yang semakin tidak pasti secara finansial ini secara ironis membuat Bitcoin menjadi lebih menarik bagi investor yang mencari alternatif dari pasar tradisional. “Ini merupakan contoh paling nyata mengapa kita membutuhkan kriptokurensi berbasis blockchain,” ujar salah satu pendiri Cardano, Charles Hoskinson, dalam sebuah konferensi di Paris.

Menurutnya, dunia seharusnya tidak berada di bawah kendali segelintir pemimpin yang bisa menggoyahkan perekonomian global dalam semalam. 

Semakin banyak pihak dalam komunitas kripto yang sepakat bahwa, di tengah tantangan terhadap kemerdekaan bank sentral dan meningkatnya kekhawatiran atas intervensi pemerintah.

Hal ini membuat orang orang beralih ke Bitcoin yang sekarang tidak hanya dilihat sebagai instrumen investasi spekulatif, melainkan sebagai aset pelindung nilai seperti emas.

Resiko Intervensi oleh The Fed

Risiko lain yang kurang mendapat sorotan terkait tarif adalah dampaknya terhadap pasar obligasi. Ketika tarif Trump menimbulkan kekhawatiran inflasi, imbal hasil obligasi AS mulai meningkat, sebagian dipicu oleh penjualan asing serta pembongkaran perdagangan basis yang kompleks dengan total nilai hampir mencapai $1 triliun. 

Posisi tersebut mulai melunak, yang kemudian turut berkontribusi pada ketidakstabilan pasar.Jika kondisi ini semakin memburuk, The Federal Reserve mungkin terpaksa turun tangan dengan menyuntikkan likuiditas darurat.

 Menurut trader seperti Jake Ostrovskis dari Wintermute, langkah intervensi seperti ini berpotensi memberikan dorongan besar bagi harga Bitcoin. 

“Jika situasi ini kembali memburuk, kripto dalam jangka pendek akan kesulitan untuk bertahan.” ujarnya.

 “tetapi jika The Fed ikut campur tangan, Bitcoin bisa menjadi aset dengan performa terbaik.” Suntikan likuiditas dari The Fed biasanya melemahkan dolar dan membanjiri pasar dengan uang tunai, kondisi yang selama ini menjadi ladang subur bagi pertumbuhan Bitcoin.

Apakah Bitcoin Akan Mencapai masa Euphorianya?

Dinamika perang tarif dagang AS-China menempatkan Bitcoin dalam posisi ambigu. Di satu sisi, Bitcoin mendapat keuntungan dari meningkatnya minat seiring terjadinya ketidakstabilan makro yang signifikan, namun di sisi lain, indikator teknis menunjukkan bahwa momentum bullish mungkin mulai mereda. 

Meski ada tanda-tanda perlahan memudar, Bitcoin masih diperdagangkan di atas garis support yang terus naik, yang memberi sedikit harapan bagi para pelaku pasar yang optimis.

Jika Bitcoin mampu menembus batas-batas support terkuatnya, kemungkinan akan diikuti oleh lonjakan harga yang mencapai area tertinggi baru. Namun, sebaliknya, pasar bisa memasuki fase konsolidasi lebih lanjut. 

Meski tarif yang diumumkan oleh Trump telah menambah kompleksitas bagi aset digital, proposisi nilai Bitcoin sebagai alat penyimpanan nilai yang terdesentralisasi dan tahan inflasi tetap menjadi keunggulan yang jelas di mata investor.

(*)


Advertisement
close