Rabu, 09 April 2025, 14.47 WIB
Last Updated 2025-04-09T12:33:21Z
berita kesehatan hari inidetoks digitalHealthKecanduan GadgetKesehatan

Cara "Detoks Digital" untuk Kualitas Hidup yang Lebih Baik

Cara "Detoks Digital" Untuk Kualitas Hidup yang Lebih Baik

blogsia.eu.org - Secara Global, rata rata orang menghabiskan 6-7 jam per hari menatap layar gadget. di Indonesia sendiri,waktu yang dihabiskan sedikit lebih lama yaitu 7-8 jam per hari. 

Hal ini menyebabkan 67% pekerja dan 40% remaja di indonesia mengalami kelelahan mental atau disebut sebagai burnout, dikarenakan ketergantungannya pada gadget. 

Beberapa dari mereka mengalami kecemasan sosial disebabkan terlalu banyaknya informasi yang mereka dapatkan di sosial media.

Internet yang kita anggap sebagai media penghubung, sekarang secara perlahan dapat merusak kesehatan mental dan fisik seseorang. M
ulai dari menurunkan tingkat konsentrasi hingga mengurangi kualitas tidur penggunanya.

Bagaimana jika kunci untuk melepaskan diri dari lingkaran ini justru ada di tangan kita sendiri dengan menjauh sejenak dan mengambil nafas?

Artikel ini tidak bermaksud untuk membuat kita benci dengan teknologi, namun tentang bagaimana cara menyelamatkan diri dari jerat digital yang dapat tanpa sadar merusak kesehatan fisik, mental, dan hubungan kita.

Dampak buruk pada informasi overload dan screen time yang terlalu lama

Ada banyak sekali dampak yang dihasilkan dari penggunaan gadget yang berlebihan, dampak pada fisik yang biasanya banyak dirasakan yaitu:

  • Mata: Sindrom penglihatan komputer (mata kering, pandangan kabur).
  • Tulang dan Otot: Postur tubuh buruk (text neck, nyeri bahu) akibat kebiasaan menunduk.
  • Sirkadian Tubuh: Paparan cahaya biru gadget mengganggu produksi melatonin, memicu insomnia.

Selain dampak pada psikis, penggunaan gadget yang terlalu lama juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan psikis, sebagai contoh:
  • Kecanduan Dopamin: Otak terbiasa dengan stimulasi instan dari media sosial, menurunkan fokus dan kesabaran.
  • Kecemasan Sosial: Perbandingan diri dengan pencapaian orang lain di media sosial.
  • Penurunan Kreativitas: Otak tidak punya waktu untuk idle dan menghasilkan ide orisinal.
Selain itu, ada juga dampak sosial yang mungkin tidak kita sadari dari penggunaan gadget yang berlebihan, seperti Komunikasi antara orang sekitar yang berkurang, mengakibatkan hubungan sosial menjadi kurang dekat.


Langkah Praktis Detoks Digital

Bagi yang baru memulai, detoks digital bisa dimulai dengan kebiasaan sederhana. Pertama, terapkan aturan 20-20-20 untuk melindungi kesehatan mata: alihkan pandangan dari layar setiap 20 menit ke objek berjarak 6 meter selama 20 detik. 

Kebiasaan ini bisa dibantu dengan alarm ponsel atau ekstensi browser seperti Eye Care 20 20 20.

Coba ciptakan zona bebas gadget di area strategis, seperti kamar tidur dan meja makan. Ganti alarm ponsel dengan jam weker tradisional, dan simpan ponsel di luar kamar setelah pukul 21.00 untuk meningkatkan kualitas tidur.

Saat makan keluarga, tegaskan kesepakatan "tidak ada ponsel" agar interaksi lebih bermakna. Kurangi juga distraksi dengan mematikan notifikasi non-esensial seperti media sosial atau promo e-commerce, sambil tetap mengaktifkan panggilan darurat. 

Terakhir, latih single-tasking dengan fokus pada satu layar dalam satu waktu—misalnya, kerjakan tugas di laptop tanpa membuka media sosial di ponsel.percaya atau tidak, langkah langkah kecil seperti ini dapat mengurangi waktu screen time kita secara signifikan.

Setelah terbiasa dengan langkah dasar, tingkatkan komitmen dengan aturan lebih terstruktur. Coba jalankan sebuah tantangan kecil yaitu selama 24 jam tanpa gadget, misalnya dari Sabtu pukul 18.00 hingga Minggu 18.00.

Manfaatkan waktu ini untuk membaca buku, memasak, atau membersihkan rumah. Gunakan aplikasi pendukung seperti Forest yang "menghukum" kebiasaan scroll dengan mematikan pohon virtual, atau Freedom untuk memblokir situs pengganggu.

Alihkan juga kebiasaan digital ke aktivitas analog, seperti menggambar sketsa tangan, lari pagi tanpa membawa ponsel, atau yoga. 

Di lingkungan kerja, desain ulang meja dengan menyimpan ponsel di laci dan menambahkan tanaman hias untuk mengurangi ketergantungan pada layar.

Hambatan Umum


Dalam menjalankan proses detoksifikasi digital, kita biasanya akan dihadapkan pada beberapa hambatan, berikut adalah contoh beserta solusinya:

1. Saya Harus Online untuk Bekerja

Memang, banyak pekerjaan saat ini menuntut kita untuk berada di depan layar sepanjang hari. Namun, bukan berarti semua waktu online adalah produktif. 

Cobalah untuk membedakan waktu kerja dan waktu istirahat secara tegas. Gunakan teknik seperti Pomodoro untuk bekerja dengan fokus, lalu istirahat sejenak tanpa layar. 

Selain itu, hindari membuka media sosial atau aplikasi hiburan saat bekerja agar screentime tidak semakin membengkak di luar kebutuhan profesional.

2. Saya Bosan Tanpa Gadget

Rasa bosan sering jadi alasan utama untuk kembali menatap layar. Untuk mengatasinya, cari alternatif aktivitas offline yang menyenangkan. Misalnya membaca buku fisik, menggambar, berolahraga, memasak, atau berkebun. Coba eksplorasi hobi baru yang bisa membuatmu lupa waktu tanpa harus bergantung pada gawai. Awalnya mungkin terasa canggung, tapi dengan waktu dan konsistensi, kebiasaan ini bisa menjadi sumber kebahagiaan baru.

3. Saya Takut Ketinggalan Tren

FOMO (Fear of Missing Out) adalah perasaan umum di era digital. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua tren harus diikuti. Fokuslah pada hal-hal yang benar-benar relevan dan memberi nilai tambah dalam hidupmu. Atur waktu khusus, misalnya 30 menit sehari, untuk update tren atau berita terbaru. Dengan begitu, kamu tetap terhubung tanpa harus terus-menerus memantau notifikasi atau media sosial sepanjang hari.


Kesimpulan

Detoks digital bukan tentang menghilangkan teknologi dari hidup kita, melainkan tentang menciptakan batasan yang sehat demi kehidupan yang lebih seimbang dan bermakna. 

Mulailah dari langkah kecil misalnya, kurangi notifikasi, batasi waktu media sosial, atau ambil waktu tanpa layar sebelum tidur dan rasakan perubahan positif dalam 30 hari ke depan.

Jika kamu ingin menggali lebih dalam, buku Digital Minimalism karya Cal Newport bisa menjadi panduan inspiratif untuk menjalani hidup yang lebih fokus dan bebas distraksi di era serba digital ini.

(*)

Advertisement
close