BLOGSIA.EU.ORG - Harga emas dunia semakin tinggi, dan kembali mencetak rekor baru, menembus US$3.425 per ons atau setara Rp 57,56 juta (kurs Rp 16.810), setelah Presiden AS Donald Trump secara terbuka ancam Federal Reserve untuk segera menurunkan suku bunga.
Ketegangan ini memicu kepanikan pasar dan mendorong investor global memborong emas sebagai aset aman.
Sejak perdagangan Senin Kemarin (21/4), kontrak berjangka emas melonjak hampir 3 persen dalam sehari.
Ini menandai kenaikan lebih dari 30 persen sejak awal tahun, dengan dorongan besar datang sejak Trump menggulirkan kebijakan tarif resiprokal pada awal April. Dolar AS ikut turun ke level terendah dalam tiga tahun terakhir.
Sumber ketegangan datang dari pernyataan Trump yang menyebut Gubernur The Fed Jerome Powell “kalah besar” karena belum juga menurunkan suku bunga.
Ia bahkan menyatakan pemecatan Powell “tidak bisa datang lebih cepat,” setelah Powell memperingatkan bahwa kebijakan tarif AS justru bisa memicu inflasi jangka pendek.
Penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett menyebut Trump sedang mempertimbangkan opsi hukum untuk memberhentikan Powell.
Pernyataan Trump ini dinilai sebagai ancaman langsung terhadap independensi Federal Reserve, sesuatu yang sangat sensitif di mata pelaku pasar.
Ketika presiden menekan bank sentral secara politis, kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi bisa terguncang, dan itulah yang sedang terjadi. Di tengah situasi ini, emas menjadi pilihan utama untuk lindung nilai.
Menurut riset Citi, harga emas diprediksi akan menembus US$3.500 per ons(sekitar Rp 58,85 juta) dalam tiga bulan ke depan, didorong oleh permintaan dari investor institusi dan bank sentral yang melampaui pasokan tambang.
Kenny Hu, analis utama di Citi, menyebut kekhawatiran terhadap pertumbuhan global dan kebijakan dagang AS akan terus memperkuat permintaan terhadap logam mulia ini.
Kenaikan harga emas ini bukan hanya soal tren harga komoditas, tetapi refleksi dari krisis kepercayaan global.
Ketika pemimpin dunia berseteru dengan bank sentralnya sendiri, investor memilih menjauh dari risiko. Dan sekali lagi, pilihan mereka jatuh pada emas sebagai pelarian utama aset mereka.
(*)