Sabtu, 19 April 2025, 16.02 WIB
Last Updated 2025-04-19T12:13:09Z
biosignaturedimethyl sulfideJames Webbplanet layak huniSainssenyawa kehidupan

Ilmuwan Berhasil Temukan Tanda Kehidupan di Luar Angkasa? Ini Faktanya

Ilmuwan Berhasil Temukan Tanda Kehidupan di Luar Angkasa? Ini Faktanya

BLOGSIA.EU.ORG - Para ilmuwan dari University of Cambridge, yang dipimpin oleh Prof. Nikku Madhusudhan, mendeteksi jejak senyawa dimetil sulfida (DMS) di atmosfer planet K2-18b, eksoplanet berjarak 124 tahun cahaya dari Bumi. 


Penemuan ini diumumkan pada April 2025 dan dianggap sebagai salah satu indikasi awal paling kuat tentang kemungkinan adanya kehidupan di luar Bumi.


DMS menarik perhatian karena di Bumi, senyawa ini hanya dihasilkan oleh mikroorganisme laut. Kehadirannya di planet lain bisa mengindikasikan aktivitas biologis. 


“DMS adalah senyawa yang sangat spesifik, dan di Bumi, satu-satunya sumbernya adalah kehidupan, Jika sinyal ini benar, maka planet ini bisa jadi tempat pertama di luar Bumi yang menunjukkan tanda-tanda kimia kehidupan.” kata Madhusudhan. 


Dilansir dari CNN.com, K2-18b berada di zona layak huni bintangnya dan diperkirakan merupakan Hycean world, yaitu planet dengan lautan luas dan atmosfer kaya hidrogen, lingkungan yang secara teori memungkinkan adanya kehidupan mikroba.


Namun, Madhusudhan menegaskan bahwa belum ada kesimpulan pasti. Ia mengatakan, “Kita harus sangat skeptis terhadap hasil kita sendiri. Satu-satunya cara untuk bisa yakin adalah terus mengujinya.” 


Ia dan timnya berencana melakukan pengamatan tambahan 16–24 jam dengan teleskop James Webb untuk mengonfirmasi keberadaan senyawa tersebut.


Ahli lain, Eddie Schwieterman, astrobiolog dari University of California Riverside yang tidak terlibat dalam studi, menyambut hasil ini dengan hati-hati. 


“Temuan ini sangat menarik, tapi saya masih agak skeptis. Diperlukan produksi DMS dalam jumlah 20 kali lebih besar dari Bumi untuk menjelaskan sinyal ini,” katanya. 


Ia juga mencatat absennya etana (C2H6) dalam data sebagai tanda yang membingungkan, karena secara teori senyawa itu seharusnya terbentuk dari proses reaksi DMS di bawah sinar ultraviolet.


Sementara itu, Sara Seager, profesor dari MIT, menyebut hasil ini sebagai “kandidat biosignature yang menjanjikan” namun masih jauh dari konfirmasi.


Ia menambahkan bahwa masih ada perbedaan besar dalam interpretasi planet itu sendiri, apakah Hycean, mini-Neptunus, atau bahkan planet dengan samudra magma.


Hingga kini, temuan ini memiliki tingkat kepercayaan tiga sigma, artinya masih ada peluang kecil sinyal muncul secara kebetulan. 


Standar ilmiah untuk menyatakan penemuan umumnya adalah lima sigma. Meski begitu, Dr. David Clements dari Imperial College London menyebut ini sebagai “langkah ke arah yang benar.”


Jika hal ini terbukti, maka penelitian ini bisa menjadi langkah besar dalam pencarian kehidupan di luar Bumi. 


Namun, jika tidak, maka ilmuwan tetap mendapatkan pemahaman baru tentang atmosfer planet lain, yang tetap menjadi kemajuan penting dalam astrobiologi.


Madhusudhan mengakhiri dengan refleksi: “Kita sekarang sudah punya teknologi untuk mencari kehidupan,” katanya. “Pertanyaannya bukan lagi ‘bisa atau tidak’, tetapi: apakah kita siap jika benar menemukan kehidupan yang tidak seperti kita?”


(*)


Advertisement
close