Kamis, 10 April 2025, 22.06 WIB
Last Updated 2025-04-11T19:11:53Z
hikmahiblisiblis tak tampak mataKhazanah

Mengapa Iblis Tak Tampak oleh Mata?

Mengapa Iblis Tak Tampak oleh Mata



blogsia.eu.org - Dalam kitab Bustan al-Wa'izhin karya Abdurrahman Ibn al-Jawzi, terdapat sebuah hikmah mendalam mengenai alasan mengapa Allah SWT menyamarkan wujud iblis dari pandangan mata manusia.

Sebuah kasih sayang Ilahi yang kadang tak disadari oleh kebanyakan hamba-hamba-Nya.

Disebutkan bahwa saat Allah SWT menciptakan iblis dalam rupa yang amat buruk, melaknatnya, dan menjadikannya makhluk yang menakutkan, Allah sebenarnya sedang menunjukkan kasih sayang kepada para hamba-Nya.

Mengapa?

Karena jika rupa iblis dibiarkan terlihat oleh manusia, niscaya hati manusia akan terkejut dan ketakutan setiap kali memandangnya.

Maka sebagai bentuk rahmat-Nya, Allah menyamarkan iblis dari penglihatan kita.

Dalam pandangan Ibn al-Jawzi, Allah SWT sengaja menjadikan langit sebagai ujung pandangan manusia—dihiasi dengan bintang-bintang dan keindahan semesta.

Hal ini menjadi simbol bahwa Allah menginginkan manusia lebih banyak melihat keindahan, bukan keburukan.

Dalam Bustan al-Wa'izhin dijelaskan bahwa seakan-akan Allah berfirman, "Wahai hamba-Ku, pandanglah yang indah-indah, karena yang buruk tidak layak kau lihat."

Langit yang dihiasi bintang bukan hanya keindahan semata, tetapi juga benteng dari gangguan setan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an.

Dan jika demikian Allah menjaga penglihatan manusia di dunia dari sesuatu yang buruk, maka lebih utama lagi di akhirat kelak Allah akan menjaga pandangan orang-orang beriman dari neraka yang paling pedih, yakni Jahim. Sebaliknya, pandangan mereka akan diarahkan kepada surga yang penuh dengan kenikmatan dan keindahan.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: 

“Ketika Allah menciptakan surga, Dia berkata kepadanya, ‘Berhiaslah!’ Maka surga pun berhias. Lalu Allah berkata lagi, ‘Bicaralah!’ Maka surga pun berkata, ‘Beruntunglah orang-orang yang beriman.’” 

Hadis itu menjadi pelengkap makna bahwa Allah memang menyiapkan sesuatu yang indah untuk mereka yang beriman, baik di dunia maupun di akhirat.

Ibn al-Jawzi melanjutkan bahwa apabila Allah menutupi wujud iblis di dunia demi menjaga hati manusia, maka lebih layak pula bagi Allah untuk menutupi dosa dan keburukan amal manusia di akhirat kelak dari pandangan makhluk-makhluk lain yang akan menjadi saksi.

Ini adalah bentuk kasih sayang yang begitu dalam dari Allah SWT kepada para hamba-Nya.

Hal ini juga ditegaskan dalam firman Allah SWT:

"Sesungguhnya ia (iblis) dan golongannya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka." (QS. Al-A’raf: 27)

Seakan Allah menyampaikan, “Wahai hamba-Ku, Aku adalah Kekasihmu yang paling besar, dan iblis adalah musuhmu yang paling nyata. Maka Aku menyembunyikannya dari pandanganmu agar kau tak terlalu takut dan sedih dalam menjalani kehidupan dunia.”

Dengan tidak melihat iblis, kita dapat lebih fokus pada perjalanan menuju Allah, tanpa diganggu oleh rupa-rupa mengerikan yang bisa mengusik ketenangan jiwa.

Lebih lanjut, Ibn al-Jawzi mengungkapkan bahwa sebagaimana kita tidak bisa melihat musuh terbesar kita, iblis, maka kita pun tak bisa melihat Kekasih Agung kita, Allah SWT, di dunia ini.

Tapi justru dari ketidakterlihatan itulah ujian dan keindahan iman lahir. Manusia akan lebih tergerak untuk mencari, merindukan, dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Dalam kisah yang diriwayatkan oleh Sahal ibn Abdullah at-Tustari, diceritakan bahwa beliau bermimpi melihat iblis dan bertanya, “Apa yang paling memberatkanmu?” Iblis menjawab, “Isti’adzah-nya (permohonan perlindungan) orang-orang kepada Tuhan semesta alam dan Tuhan Yang Maha Pemurah.”

Ini menunjukkan bahwa senjata paling ampuh melawan iblis adalah permohonan perlindungan kepada Allah SWT, yakni dengan membaca a’udzu billahi minasy-syaithanir-rajim.

Maka dari itu, tidak terlihatnya iblis adalah bentuk perlindungan Allah yang nyata.

Allah tidak ingin kita dihantui ketakutan melihat rupa yang amat buruk itu, namun justru ingin agar kita lebih fokus kepada keindahan, kepada surga, dan kepada jalan yang lurus.

Sungguh, dalam segala ciptaan-Nya, Allah Maha Bijaksana dan Maha Penyayang.

(*)
Advertisement
close