BLOGSIA.EU.ORG - Di tengah krisis iklim yang semakin terasa, Kementerian Agama menunjukkan bahwa menjaga bumi bukan hanya urusan teknis, tetapi juga spiritual. Dalam rangka Hari Bumi 2025, mereka menginisiasi gerakan besar yaitu menanam sejuta pohon matoa secara nasional. Gerakan ini bukan sekadar simbolik, tetapi upaya terstruktur untuk menyatukan nilai-nilai agama dan aksi lingkungan.
Dipimpin langsung oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar, aksi tanam pohon dipusatkan di kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di Depok dan diikuti serentak oleh ASN Kemenag, tokoh lintas agama, hingga masyarakat umum dari 32 provinsi. Sekitar 170.000 pohon ditanam dalam tahap awal.
Matoa dipilih bukan tanpa alasan: ia tumbuh cepat, tahan cuaca ekstrem, punya nilai ekologis dan ekonomis, dan yang terpenting, endemi Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
“Ini bukan seremoni. Ini aksi nyata dengan pesan moral mendalam. Merawat bumi adalah bagian dari pengamalan agama,” ujar Menag Nasaruddin.
Ia menekankan bahwa penguatan ekoteologi, menghidupkan nilai-nilai spiritual dalam menjaga lingkungan, sudah termasuk ke dalam delapan program prioritas nasional Kemenag. Nilai-nilai seperti khilafah dalam Islam, Tri Hita Karana dalam Hindu, dan ajaran Laudato Si’ dalam Katolik, menjadi fondasi etis dari gerakan ini.
Tak hanya Menag, Menteri Koordinator PMK Pratikno juga menyampaikan pesan mendalam. Menurutnya, hubungan manusia tidak hanya kepada Tuhan dan sesama, tetapi juga kepada bumi.
“Menanam pohon adalah bentuk ibadah, wakaf oksigen untuk kehidupan,” katanya. Ia mendorong agar para pemuka agama rutin menyisipkan pesan-pesan ekologi dalam ceramah mereka.
UIII pun diminta menjadi pelopor green campus. Dengan lahan 140 hektare, kampus ini disiapkan sebagai pusat konservasi hayati nasional yang menggabungkan spiritualitas dan pendidikan lingkungan.
Gerakan “Energi Kita, Planet Kita” ini juga diharapkan menjadi strategi diplomasi hijau Indonesia di tingkat internasional. Kemenag bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup serta mitra global untuk memperluas dampak dan mengangkat citra Indonesia sebagai negara yang menjadikan kepedulian lingkungan sebagai bagian dari dialog lintas iman dan lintas bangsa.
“Lewat pohon matoa, kita tanam harapan baru. Ini kontribusi nyata Kemenag untuk bumi dan peradaban dunia,” tutur Sekjen Kemenag, Kamaruddin Amin.
(*)