Ditulis oleh Sophie Hartley
blogsia.eu.org - Dalam film The Lord of the Rings: The Two Towers, penonton disuguhi pemandangan luar biasa: makhluk raksasa mirip pohon yang disebut Ents berjalan melintasi hutan untuk pergi berperang.
Hutan yang Bermigrasi
Meski pohon secara individu tidak bisa berjalan melintasi sungai atau mendaki gunung, keseluruhan hutan bisa berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain.
Biji seperti acorn (biji pohon ek) dibawa dan dijatuhkan oleh tupai. Biji pohon maple memiliki “sayap” kecil yang memungkinkannya terbang ditiup angin.
Mereka tampak hidup, mampu melempar batu besar, memanjat tembok, bahkan menghancurkan bendungan. Pohon-pohon dalam cerita ini sangat aktif, berbeda jauh dari pohon biasa yang kita lihat di sekitar.
Makhluk-makhluk fiksi seperti Groot dalam Guardians of the Galaxy, Whomping Willow di Harry Potter, hingga pohon Evermeans dalam Legend of Zelda adalah contoh bagaimana dunia fiksi membayangkan pohon sebagai makhluk yang bisa bergerak dan bertindak. Tapi, apakah pohon sungguhan mungkin bisa berjalan? Jawabannya: ya dan tidak.
Pohon Bergerak, Tapi Sangat Lambat
Gerardo Avalos, seorang fisiolog tumbuhan dari Universitas Kosta Rika, menjelaskan bahwa meskipun pohon tidak bisa berjalan seperti manusia atau Ents, mereka tetap bisa bergerak, terutama untuk mencari cahaya.
Makhluk-makhluk fiksi seperti Groot dalam Guardians of the Galaxy, Whomping Willow di Harry Potter, hingga pohon Evermeans dalam Legend of Zelda adalah contoh bagaimana dunia fiksi membayangkan pohon sebagai makhluk yang bisa bergerak dan bertindak. Tapi, apakah pohon sungguhan mungkin bisa berjalan? Jawabannya: ya dan tidak.
Pohon Bergerak, Tapi Sangat Lambat
Gerardo Avalos, seorang fisiolog tumbuhan dari Universitas Kosta Rika, menjelaskan bahwa meskipun pohon tidak bisa berjalan seperti manusia atau Ents, mereka tetap bisa bergerak, terutama untuk mencari cahaya.
Gerakan ini dikenal sebagai fototropisme, yaitu kemampuan tanaman untuk menyesuaikan arah tumbuhnya cabang atau batang menuju sumber cahaya matahari.
Ketika pohon tumbuh di tempat teduh, mereka secara perlahan mengarahkan cabang dan daunnya ke arah sinar matahari agar bisa menyerap energi yang dibutuhkan untuk fotosintesis.
Ketika pohon tumbuh di tempat teduh, mereka secara perlahan mengarahkan cabang dan daunnya ke arah sinar matahari agar bisa menyerap energi yang dibutuhkan untuk fotosintesis.
Proses ini tidak disebabkan oleh bisikan atau perintah, tapi oleh hormon tumbuhan yang mengatur pertumbuhan berdasarkan kebutuhan cahaya dan air.
Akar pohon juga memiliki kemampuan “bergerak”. Akar bisa merespons kelembapan di tanah dan tumbuh menuju sumber air.
Akar pohon juga memiliki kemampuan “bergerak”. Akar bisa merespons kelembapan di tanah dan tumbuh menuju sumber air.
Tak jarang akar pohon ditemukan menyusup ke sumur, saluran pipa, bahkan toilet rumah tangga. “Tiba-tiba toilet rusak, ternyata akar pohon yang masuk,” ujar Avalos sambil tertawa.
Mitos Pohon Berjalan
Di hutan tropis Amerika Tengah dan Selatan, terdapat pohon bernama walking palm (Socratea exorrhiza) yang disebut-sebut bisa berjalan hingga 20 meter per tahun.
Mitos Pohon Berjalan
Di hutan tropis Amerika Tengah dan Selatan, terdapat pohon bernama walking palm (Socratea exorrhiza) yang disebut-sebut bisa berjalan hingga 20 meter per tahun.
Akar pohon ini tumbuh di atas tanah dan menyerupai kaki-kaki gurita, membuatnya tampak seperti makhluk hidup yang bisa bergerak.
Konon, pohon ini mampu “melangkah” untuk mencari tempat yang lebih terang di lantai hutan yang teduh. Beberapa gambar menunjukkan pohon ini tampak “bergerak” di lereng bukit, seolah-olah menuruni bukit dengan pelan. Namun menurut Avalos, anggapan ini hanyalah mitos.
Konon, pohon ini mampu “melangkah” untuk mencari tempat yang lebih terang di lantai hutan yang teduh. Beberapa gambar menunjukkan pohon ini tampak “bergerak” di lereng bukit, seolah-olah menuruni bukit dengan pelan. Namun menurut Avalos, anggapan ini hanyalah mitos.
“Gagasan bahwa pohon bisa benar-benar berjalan itu tidak masuk akal,” ujarnya. Hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut.
Hutan yang Bermigrasi
Meski pohon secara individu tidak bisa berjalan melintasi sungai atau mendaki gunung, keseluruhan hutan bisa berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain.
Proses ini disebut migrasi hutan, dan sering kali berlangsung sangat lambat—bahkan memakan waktu ratusan tahun.
Leslie Brandt, seorang ekolog dari U.S. Forest Service di St. Paul, Minnesota, mengatakan bahwa pohon telah bermigrasi sejak ribuan tahun lalu.
Leslie Brandt, seorang ekolog dari U.S. Forest Service di St. Paul, Minnesota, mengatakan bahwa pohon telah bermigrasi sejak ribuan tahun lalu.
Misalnya, pada Zaman Es terakhir, banyak spesies pohon bermigrasi ke arah selatan untuk menghindari suhu dingin ekstrem di utara. Mereka tidak berpindah sendiri, tetapi melalui penyebaran biji dari generasi ke generasi.
Biji seperti acorn (biji pohon ek) dibawa dan dijatuhkan oleh tupai. Biji pohon maple memiliki “sayap” kecil yang memungkinkannya terbang ditiup angin.
Biji lain dikonsumsi burung lalu dibuang kembali melalui kotoran di lokasi baru. Melalui cara inilah pohon-pohon baru tumbuh dan secara perlahan menggantikan pohon lama, mendorong hutan bergeser dari satu tempat ke tempat lain.
Brandt menjelaskan bahwa sebelum era modern, hutan bisa berpindah antara 100 hingga 500 meter per tahun.
Brandt menjelaskan bahwa sebelum era modern, hutan bisa berpindah antara 100 hingga 500 meter per tahun.
Namun kini, perubahan iklim akibat ulah manusia berlangsung jauh lebih cepat daripada kemampuan pohon untuk bermigrasi.
Hutan mangrove terancam oleh naiknya permukaan laut. Pohon white spruce kesulitan tumbuh di Kanada yang kini semakin hangat, sementara pohon pinyon pine menghadapi kekeringan ekstrem di barat daya Amerika.
“Pohon tidak bisa mengikuti laju perubahan lingkungan,” ujar Brandt. Oleh karena itu, manusia harus turun tangan membantu.
Migrasi Buatan: Upaya Menyelamatkan Hutan
Untuk membantu pohon beradaptasi, para ilmuwan kini menerapkan strategi assisted migration, yakni memindahkan atau menanam bibit pohon di wilayah yang lebih sesuai dengan kondisi iklim saat ini atau masa depan.
“Pohon tidak bisa mengikuti laju perubahan lingkungan,” ujar Brandt. Oleh karena itu, manusia harus turun tangan membantu.
Migrasi Buatan: Upaya Menyelamatkan Hutan
Untuk membantu pohon beradaptasi, para ilmuwan kini menerapkan strategi assisted migration, yakni memindahkan atau menanam bibit pohon di wilayah yang lebih sesuai dengan kondisi iklim saat ini atau masa depan.
Strategi ini juga mencakup mengganti spesies pohon yang tak mampu beradaptasi dengan spesies lain yang lebih tangguh.
Contohnya, di Minnesota, Brandt dan timnya meneliti hutan di tepi Sungai Mississippi. Daerah ini mengalami banjir lebih sering, serta serangan serangga yang mematikan pohon-pohon asli seperti silver maple. Kini mereka mencoba menanam pohon seperti cottonwood dan willow yang lebih tahan terhadap banjir.
Hutan Nasional Superior di kawasan tersebut juga telah menyusun rencana migrasi buatan. Rencana ini dirancang bersama para ilmuwan, warga lokal, dan masyarakat adat agar bisa menjaga kelestarian hutan sekaligus memperhatikan nilai budaya dan kebutuhan masyarakat.
Menjaga Keseimbangan Alam
Menurut Brandt, meskipun upaya adaptasi penting dilakukan untuk menyelamatkan ekosistem hutan, perubahan total bukanlah solusi. “
Contohnya, di Minnesota, Brandt dan timnya meneliti hutan di tepi Sungai Mississippi. Daerah ini mengalami banjir lebih sering, serta serangan serangga yang mematikan pohon-pohon asli seperti silver maple. Kini mereka mencoba menanam pohon seperti cottonwood dan willow yang lebih tahan terhadap banjir.
Hutan Nasional Superior di kawasan tersebut juga telah menyusun rencana migrasi buatan. Rencana ini dirancang bersama para ilmuwan, warga lokal, dan masyarakat adat agar bisa menjaga kelestarian hutan sekaligus memperhatikan nilai budaya dan kebutuhan masyarakat.
Menjaga Keseimbangan Alam
Menurut Brandt, meskipun upaya adaptasi penting dilakukan untuk menyelamatkan ekosistem hutan, perubahan total bukanlah solusi. “
Kita tidak ingin mengubah hutan sepenuhnya,” ujarnya. “Karena masyarakat sangat bergantung pada pohon-pohon itu.”
Dengan kata lain, meskipun pohon mungkin tidak bisa berjalan seperti Ents atau Groot, mereka tetap memiliki kemampuan untuk beradaptasi, bergerak perlahan, dan bahkan berpindah tempat. Dan dengan bantuan manusia, hutan mungkin masih bisa bertahan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin ekstrem.
(*)
Sumber: snexplores
Dengan kata lain, meskipun pohon mungkin tidak bisa berjalan seperti Ents atau Groot, mereka tetap memiliki kemampuan untuk beradaptasi, bergerak perlahan, dan bahkan berpindah tempat. Dan dengan bantuan manusia, hutan mungkin masih bisa bertahan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin ekstrem.
(*)
Sumber: snexplores