Senin, 21 April 2025, 18.27 WIB
Last Updated 2025-04-21T14:55:24Z
Bisnisdolar AS April 2025faktor rupiah menguatkurs rupiahnilai rupiah terhadap dolar

Nilai Tukar Rupiah Kembali Menguat, Dolar AS Justru Melemah Imbas Ketegangan Trump

Nilai Tukar Rupiah Kembali Menguat, Dolar AS Justru Melemah Imbas Ketegangan Trump


BLOGSIA.EU.ORG - Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat pada penutupan perdagangan Senin, 21 April 2025. 

Berdasarkan data pasar spot Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp 16.806 per dolar AS, naik 70 poin atau setara dengan 0,41 persen dibanding penutupan sebelumnya. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp 16.794 hingga Rp 16.832 per dolar.

Kurs referensi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), juga mencatat penguatan serupa. Rupiah berada di level Rp 16.808 per dolar AS, lebih kuat dibanding posisi terakhir sebelum libur panjang Paskah, yakni Rp 16.833. Kinerja ini menandai tren positif di tengah kondisi global yang sedang tidak pasti.

Tidak hanya rupiah yang mengalami penguatan, hampir seluruh mata uang utama di kawasan Asia ikut menguat terhadap dolar AS. 

Yen Jepang tercatat naik 1,04 persen, won Korea Selatan naik 0,40 persen, dan peso Filipina naik 0,20 persen. Sementara ringgit Malaysia naik 0,97 persen, yuan China 0,15 persen, baht Thailand 0,89 persen, dan rupee India 0,33 persen. Dolar Singapura dan dolar Taiwan masing-masing menguat 0,66 persen dan 0,71 persen.

Penguatan ini terjadi seiring dengan pelemahan dolar AS yang dipicu oleh ketegangan politik dan kebijakan di Amerika Serikat. Indeks dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, turun signifikan sebesar 1,30 persen menjadi 98,09. Sebagai perbandingan, pada akhir pekan lalu, indeks masih berada di level 99,38.

Analis pasar keuangan, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama pelemahan dolar adalah ketidakpastian terkait independensi Federal Reserve. 

Menurutnya, pernyataan Presiden AS Donald Trump yang meminta Fed segera memangkas suku bunga dan mengancam akan memecat Ketua Fed Jerome Powell jika tuntutan itu tidak dipenuhi, telah menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan pelaku pasar. 

Pernyataan semacam ini dinilai sebagai bentuk intervensi politik terhadap bank sentral, dan berpotensi merusak stabilitas ekonomi AS dalam jangka menengah.

Selain tekanan politik, pasar juga sedang mencermati rilis data ekonomi AS yang dijadwalkan pekan ini, terutama Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur dan jasa untuk bulan April 2025. 

Data ini akan menjadi petunjuk awal mengenai seberapa besar dampak kebijakan tarif impor Trump terhadap perekonomian Amerika dan global. 

Banyak analis memperkirakan bahwa angka PMI akan menunjukkan pelemahan, mencerminkan tekanan yang dirasakan sektor industri utama di negara-negara ekonomi besar.

Dari dalam negeri, kondisi makroekonomi Indonesia turut mendukung penguatan rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar 4,33 miliar dolar AS pada Maret 2025. 

Angka ini naik 1,23 miliar dolar dibanding bulan sebelumnya, meskipun masih lebih rendah 0,25 miliar dolar dibanding periode yang sama tahun lalu. 

Surplus ini memberikan sentimen positif karena mencerminkan arus masuk devisa yang lebih besar dan menstabilkan permintaan terhadap mata uang rupiah.

Ibrahim memperkirakan bahwa pada perdagangan hari berikutnya, rupiah akan bergerak fluktuatif, tetapi tetap berpeluang menguat. 

Ia menyebut bahwa kisaran pergerakan nilai tukar akan berada antara Rp 16.750 hingga Rp 16.810 per dolar AS, tergantung pada bagaimana pasar merespons perkembangan global dan data domestik lebih lanjut.

Meski penguatan ini menjadi kabar baik, pasar valuta asing tetap rentan terhadap gejolak kebijakan dan pernyataan politik, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. 

Stabilitas nilai tukar masih sangat bergantung pada arah suku bunga global, kepercayaan investor, serta bagaimana pemerintah dan bank sentral menjaga persepsi terhadap kondisi ekonomi nasional.

(*)
Advertisement
close