Minggu, 13 April 2025, 09.17 WIB
Last Updated 2025-04-13T02:17:15Z
ADHDAttention Deficit Hyperactivity Disorderberita kesehatan hari iniHealth

Studi Terbesar Ungkap Obat ADHD Dapat Picu Kenaikan Denyut Jantung, Apakah Perlu Dikhawatirkan?

Studi Terbesar Ungkap Obat ADHD Dapat Picu Kenaikan Denyut Jantung, Apakah Perlu Dikhawatirkan?


BLOGSIA.EU.ORG - Penelitian baru yang dipublikasikan di The Lancet Psychiatry dan dilaporkan oleh Scitechdaily.com (12/4/2025) mengungkap bahwa penggunaan obat-obatan untuk Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) memang memiliki dampak terhadap sistem kardiovaskular, khususnya berupa peningkatan kecil pada tekanan darah dan denyut jantung.

Apakah perlu dikhawatirkan?

Para peneliti menegaskan bahwa manfaat pengobatan ADHD secara umum jauh lebih besar dibandingkan potensi risikonya.

Penelitian ini dipimpin oleh Profesor Samuele Cortese dari University of Southampton dan didukung oleh National Institute for Health and Care Research (NIHR).

Dalam analisis tersebut, tim internasional mempelajari data dari 102 uji coba terkontrol acak, melibatkan lebih dari 22 ribu peserta anak, remaja, dan dewasa yang menjalani terapi pengobatan ADHD.

Ini menjadi studi terbesar dan paling komprehensif yang pernah dilakukan mengenai efek kardiovaskular dari obat ADHD.

Efek Kecil tapi Perlu Diwaspadai

Menurut Prof. Cortese, semua obat ADHD yang diteliti menunjukkan adanya peningkatan ringan pada tekanan darah dan denyut nadi, kecuali guanfacine yang justru menurunkan keduanya.

"Jika berbicara tentang mengonsumsi obat apa pun, risiko dan manfaatnya harus selalu dinilai secara bersamaan," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa manfaat obat ADHD, seperti peningkatan fungsi akademik dan penurunan risiko kematian, tetap lebih besar dibandingkan efek sampingnya yang relatif kecil.

Dr. Luis Farhat dari Universitas São Paulo, Brasil, yang menjadi penulis utama studi ini, menekankan bahwa baik obat stimulan (seperti metilfenidat dan amfetamin) maupun non-stimulan (seperti atomoxetine dan viloxazine) menunjukkan efek yang serupa dalam hal peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.

Temuan ini, menurut Dr. Farhat, penting untuk mengubah asumsi umum di kalangan praktisi medis yang selama ini mengira hanya obat stimulan yang berisiko menimbulkan efek kardiovaskular.

Oleh karena itu, ia merekomendasikan pemantauan tekanan darah dan denyut jantung secara rutin, terlepas dari jenis obat ADHD yang dikonsumsi pasien.

Perlunya Pemantauan dan Riset Jangka Panjang

Profesor Alexis Revet dari Universitas Toulouse, yang juga menjadi penulis senior studi ini, menyatakan bahwa sebagian besar uji coba yang dianalisis memiliki durasi singkat karena pertimbangan etika.

Oleh sebab itu, dibutuhkan studi jangka panjang di dunia nyata untuk benar-benar memahami dampak obat ADHD terhadap kesehatan jantung pasien.

Tim peneliti juga menyoroti pentingnya pendekatan individual dalam pengobatan ADHD.

“Meskipun hasil studi ini informatif secara rata-rata, kami tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa subkelompok tertentu bisa memiliki risiko kardiovaskular yang lebih tinggi,” ujar Prof. Cortese.

Ia menambahkan bahwa pengembangan pendekatan presisi dalam pengobatan di masa depan dapat membantu mengidentifikasi kelompok rentan ini.

Bagi pasien ADHD yang memiliki riwayat atau gangguan jantung, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung sebelum memulai terapi dengan obat ADHD.

Meskipun risiko yang ditemukan tergolong kecil, perhatian dan pengawasan yang cermat tetap menjadi langkah penting demi keselamatan pasien dalam jangka panjang.

Dengan demikian, studi ini memberikan gambaran yang lebih jelas bagi praktisi dan pasien dalam membuat keputusan berdasarkan data ilmiah yang kuat, sembari menekankan pentingnya pengawasan rutin demi memaksimalkan manfaat terapi ADHD tanpa mengabaikan potensi risikonya.

(*)
Advertisement
close