BLOGSIA.EU.ORG - Ketidaknyamanan sosial adalah hal yang hampir pasti kamu alami, terutama di tempat kerja. Entah saat memberi umpan balik ke rekan kerja, menyampaikan pendapat dalam rapat, atau sekadar mengisi jeda canggung dalam obrolan santai, semua itu bisa membuat suasana jadi kikuk.
Dan untuk meredakan rasa tidak nyaman itu, kita sering kali jadi terlalu ramah,yang mana kita secara tidak sadar merusak kerja sama tim itu sendiri.
Kita tersenyum lebar, tertawa saat tidak lucu, dan memuji tanpa alasan. Tujuannya satu: memastikan semua orang nyaman, termasuk diri sendiri. Tapi keramahan berlebihan ini justru sering jadi bumerang.
Manusia punya insting sosial yang tajam. Mereka bisa menangkap nada suara palsu, senyum yang dibuat-buat, dan pujian yang terdengar seperti copy-paste.
Kamu mungkin mengira sudah menenangkan suasana, padahal sebenarnya malah menumbuhkan ketidakpercayaan.
Salah satu bentuk paling umum dari “sopan santun berlebihan” ini adalah pujian yang terlalu umum dan tak berguna, seperti “kerja bagus!” yang diucapkan tanpa konteks.
Ini sering terjadi bukan karena kamu malas untuk memikirkan apa yang sebenarnya harus diucapkan, tapi karena kamu terlalu sibuk meredakan rasa canggung sendiri, hingga tak sempat benar-benar memperhatikan kerja orang lain.
Akibatnya? Orang yang kamu beri umpan balik merasa tidak dihargai. Mereka tidak mendapatkan masukan nyata yang bisa membuat mereka berkembang. Dan mereka mulai meragukan ketulusanmu.
Kalau kamu bekerja di lingkungan di mana budaya basa-basi seperti ini jadi norma, kamu tetap bisa mulai mendorong perubahan. Berikut tiga langkah yang bisa kamu lakukan:
1. Pahami budaya kerja yang berlaku pada pekerjaanmu
Apakah semua orang memang nyaman dengan budaya terlalu ramah ini, atau hanya mengikuti arus? Budaya kantor sering dikendalikan oleh asumsi bersama yang salah.
Banyak orang sebenarnya tidak suka pujian kosong, tapi tetap melakukannya karena mengira “semua orang suka.” Ini yang disebut psikolog sosial sebagai pluralistic ignorance.
Mulailah percakapan kecil: “Gimana kalau setelah presentasi nanti, kita saling kasih tiga hal yang bisa ditingkatkan dan tiga hal yang harus dipertahankan?” Cara ini bisa membuka ruang kejujuran tanpa menyinggung.
2. Umpan balik yang jelas lebih berharga daripada pujian kosong
Jangan bilang “presentasinya kurang menarik.” Sebutkan masalahnya: terlalu banyak istilah teknis, slide terlalu padat, atau kurang struktur. Umpan balik yang jelas menunjukkan bahwa kamu benar-benar memperhatikan. Dan justru karena itulah, kamu jadi lebih dipercaya.
Begitu juga dengan pujian. Katakan, “penjelasan kamu di bagian data penjualan sangat membantu.” Bukan cuma lebih tulus, tapi juga bikin orang tahu apa yang perlu mereka ulangi atau pertahankan.
3. Kalau kamu baru mulai, latihan dari hal kecil
Tidak perlu langsung menantang budaya kerja tim. Mulailah dari topik yang netral tapi relevan seperti camilan kantor atau jadwal kebersihan area penyimpanan. Bangun kebiasaan jujur dari isu ringan, sebelum masuk ke bahasan yang lebih berat.
Ingat: norma sosial tidak berubah dalam semalam. Tapi dengan langkah kecil yang konsisten, kamu bisa membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih jujur, saling percaya, dan efektif.
Budaya terlalu ramah mungkin terlihat sopan dari luar. Tapi di dalam, ia menumpuk ketegangan yang tidak diselesaikan. Maka, saat kamu tergoda untuk kembali ke pujian template atau senyum basa-basi, ingat: kejujuran yang sopan jauh lebih dihargai daripada keramahan yang kosong.
(*)